Aurum, Dulu Dan Kini



 Apa itu aurum? Siapa itu aurum? Dimana kata itu bersemayam selama ini? Sejak kapan kata itu dilahirkan? Dan kenapa juga kata ini begitu asing ditelingaku?



Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dihayalku. Mencari dan terus mencari padanan kata itu dikamus. Berharap aku akan menemukan satu kata yang akan membuka cakrawala imajinasiku untuk tulisan kali ini.



Ditemani kicauan buruk merpati yang setia beradu di selasar ruang kosong di belakang rumahku. Aku mulai duduk dan menerawang mencari cahaya inspirasi kalimat pembuka dalam lembar tulisanku.



Aurum ternyata adalah kimia logam mulia, kuning dan mulur yang lebih dikenal dengan emas.



Siapa yang tidak kenal dengan logam yang satu ini, semua orang terutama wanita sangat menyukainya. Selain buat perhiasan, gigi palsu, lapisan  juga sebagai lapisan beberapa satelit angkasa (baru tahu yang ini).



Di tempat tinggalku ada satu kubah mesjid bernama Mesjid Al Falah yang ternyata kubahnya juga dilapisi emas. MasyaAllah.



Aurum juga kerap dijadikan  nama untuk anak perempuan karena dalam bahasa Indonesia aurum diartikan sama dengan harum.



Aurum atau emas memiliki nilai investasi tinggi, ini terbukti banyak orang suka berinvestasi di emas batangan bukan perhiasan. Nilai emas dalam bentuk perhiasan akan turun jauh jika dijual kembali.



Aku sendiri menyukai emas, namun tidak sebagai perhiasan. Lebih ke kagum akan bentuknya jika sudah menjadi perhiasan.



Kadang suka aja berjelajah diseputar etalase toko perhiasan di kotaku. Meskipun aku memiliki leluhur sebagai pengrajin perhiasan emas. Namun aku tidak memiliki bakat tersebut. Bakat itu berakhir di sodara mamaku.
Terlahir dikeluarga pengrajin dan pedagang emas tidak membuat kami berkelimpahan akan logam mulia ini.



Sebenarnya ingin sih belajar membuat atau paling tidak terjun tahu bagaimana pembuatannya dari batangan sampai menjadi sebuah perhiasan.
Desain yang unik selalu mempesona hati. Dan dengan bergeraknya teknologi sekarang perhiasan emas tidak hanya diolah dengan tangan melainkan sudah ada mesin pembuatnya.
Yachh…makin menggeser profesi ini donk. Apalagi generasi sekarang jarang ditemui menjadi pengrajin dan mewarisi keahlian tetua mereka. Yang akhirnya malah hanya menjadi pedagangnya saja bukan pengrajinnya lagi.




Yuliana

*Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community
#Day24


Komentar